suarapena.id – Hanya sedikit orang yang berani melakukan perjalanan solo ke kawasan adat yang tertutup seperti Baduy Dalam, di Banten. Wilayah ini dikenal dengan kehidupan tradisionalnya yang sangat menjaga adat dan minim interaksi dengan dunia luar. Meski demikian, bagi solo traveler yang memegang prinsip menghormati kearifan lokal dan panduan wisata resmi, pengalaman berkunjung ke Baduy Dalam bisa sangat memukau dan penuh makna.
Perjalanan dimulai dari desa terdekat seperti Cibeo atau Cikertawana, dari sana solo traveler berpindah kaki ke kaki, melewati hutan bambu, sungai kecil, dan jalur setapak tradisional. Setiap langkah membawa keheningan, jauh dari hingar bingar kota, dan membawa kesempatan mendengarkan suara alam—kicau burung, gemericik air, angin di dedaunan. Di tengah perjalanan, akan tampak rumah-rumah panggung khas Baduy yang rapi dan sederhana, tanpa paku, tanpa listrik, menggambarkan filosofi hidup ramah alam.
Sesampainya di Baduy Dalam, solo traveler harus mengikuti aturan ketat: tidak membawa kamera, tidak menggunakan barang elektronik tertentu, berpakaian sopan sesuai adat, dan selalu dipandu oleh warga setempat yang dipercaya. Di sana, pengunjung dapat melihat aktivitas sehari-hari masyarakat Baduy seperti menenun, bercocok-pohon, dan ritual adat sederhana. Semua itu dilakukan dengan lambat dan penuh makna—belajar bagaimana manusia dan alam bisa hidup selaras.
Meski rute fisik menantang, terutama bagi yang belum terbiasa hiking, keuntungan solo travel ke Baduy Dalam adalah ruang refleksi diri dan dialog batin. Di tengah keheningan, kita dihadapkan pada kondisi paling dasar: menghadapi langkah kita sendiri, merasakan degup jantung di hutan, dan mengamati bagaimana tradisi bertahan di tengah arus modernitas.
Solo perjalanan ke Baduy Dalam bukan petualangan glamor, tetapi perjalanan spiritual yang mengajak menghargai kesederhanaan, kearifan adat, dan keterhubungan manusia dengan alam. Bagi yang siap menjelajah dengan hati terbuka, kawasan ini bisa menjadi destinasi solo travel yang sangat berbeda dari