Gudeg Manggar, Warisan Kuliner Otentik Bantul

suarapena.id – Gudeg Manggar adalah varian gudeg khas Bantul, Yogyakarta, yang menggoda dengan sensasi rasa manis dan gurih serta tekstur empuk bunga kelapa muda sebagai bahan utamanya. Berbeda dari gudeg biasa yang menggunakan nangka muda, gudeg ini justru memanfaatkan manggar—bunga kelapa muda—sehingga menghadirkan keunikan tersendiri dalam dunia kuliner tradisional.

Sebagai hidangan langka, Gudeg Manggar mendapat pengakuan prestisius sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kemendikbudristek tahun 2021, yang turut mendukung pelestarian kuliner otentik ini. Proses pemilihan manggar sendiri tidak sembarangan; butuh ketelitian dan pengalaman (‘ngelmu titen’) untuk menemukan bunga kelapa yang tepat—tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua—agar menghasilkan tekstur yang empuk dan warna cokelat kemerahan alami tanpa pewarna.

Pembuatan gudeg ini cukup panjang, membutuhkan waktu sekitar tiga hari agar rasa sepat hilang dan rempah meresap sempurna, berbeda dari gudeg nangka. Bumbu santan kental (areh) berpadu dengan lauk pelengkap seperti ayam ingkung, telur bebek terik, sambal krecek, tahu atau tempe serta sambal rawit utuh, menciptakan pengalaman makan yang kaya dan tradisional.

Saya pernah mencicip sendiri di warung legendaris—Warung Gudeg Manggar Bu Dullah di Desa Jebungan, Bantul—di mana cita rasa autentik dan pelayanan ramah mencerminkan budaya kuliner turun-temurun. Gudeg Manggar memberikan keseimbangan harmoni antara rasa manis, gurih, aroma laos yang hangat, dan tekstur manggar yang unik serta estetika tampilan yang menarik.

Secara keseluruhan, Gudeg Manggar bukan sekadar kuliner—ia adalah warisan budaya, simbol ketelitian dalam memilih bahan, proses tradisional yang telaten, serta cerita turun-temurun yang tangguh. Hidangan ini pantas diperkenalkan lebih luas sebagai lambang kekayaan kuliner lokal yang tak lekang oleh zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *