suarapena.id – Di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat tradisi unik yang tak hanya menampilkan keindahan kain, tetapi juga menyimpan filosofi hidup masyarakatnya: Festival Tenun Sikka.
Setiap tahun, penduduk lokal berkumpul untuk merayakan warisan leluhur ini dengan menampilkan proses menenun dari awal hingga akhir, menggunakan alat tradisional yang diwariskan turun-temurun. Festival ini bukan sekadar ajang pameran, melainkan perwujudan rasa syukur atas keterampilan dan kebersamaan yang mengikat komunitas.
Kain tenun Sikka terkenal dengan motif geometris yang menggambarkan keseimbangan antara manusia dan alam. Warna-warna alami yang digunakan berasal dari daun, akar, dan kulit pohon yang diolah dengan teknik tradisional tanpa bahan kimia. Hal ini menunjukkan pengalaman (experience) mendalam para penenun yang memahami bahan dan simbol di balik setiap helai benang.
Selama festival, wisatawan dapat belajar langsung menenun, mengikuti workshop pewarnaan alami, hingga mendengarkan kisah tentang filosofi setiap motif dari para penenun senior. Aktivitas ini memperlihatkan keahlian (expertise) masyarakat Sikka dalam menjaga kelestarian budaya di tengah modernisasi.
Selain itu, pemerintah daerah dan komunitas adat bekerja sama memastikan bahwa seluruh kegiatan dilakukan sesuai nilai-nilai tradisi. Langkah ini menegaskan otoritas (authoritativeness) mereka sebagai penjaga budaya yang sah dan dipercaya.
Festival Tenun Sikka juga menjadi contoh wisata budaya yang berkelanjutan. Tak ada eksploitasi berlebihan, semua hasil penjualan tenun kembali untuk kesejahteraan para perajin. Nilai kepercayaan (trustworthiness) ini membuat pengunjung merasa uang mereka berkontribusi langsung pada pelestarian budaya lokal.
Mengunjungi Festival Tenun Sikka bukan hanya menikmati warna dan pola kain, tapi juga menenun kisah bersama masyarakat yang terus menjaga jati diri mereka melalui benang dan cinta akan tradisi.
