suarapena.id – Di era di mana lalu lintas macet, harga tiket pesawat melonjak, dan lingkungan semakin tertekan oleh emisi karbon, muncul sebuah solusi sederhana namun jenius: berbagi tumpangan dengan orang asing. Itulah esensi BlaBlaCar, platform carpooling jarak jauh asal Prancis yang telah menghubungkan jutaan orang di seluruh dunia. Bukan sekadar aplikasi ride-sharing seperti Uber, BlaBlaCar fokus pada perjalanan antar-kota yang ramah kantong dan ramah bumi. Dengan lebih dari 100 juta pengguna global pada 2022, perusahaan ini kini menjadi pemimpin pasar di 22 negara, termasuk yang mengejutkan: India sebagai pasar terbesarnya. Mari kita selami kisah suksesnya, dari awal kecil hingga ekspansi global di 2025.
Sejarah BlaBlaCar: Dari Ide Sederhana di Prancis ke Unicorn Global
BlaBlaCar lahir pada 2006 di Paris, Prancis, atas inisiatif tiga sahabat: Frédéric Mazzella (seorang fisikawan dari Stanford), Nicolas Brusson (ahli IT), dan Francis Nappez. Mazzella, yang kesulitan pulang ke Lorraine saat libur Natal karena tiket kereta mahal, terinspirasi untuk membuat platform yang memungkinkan pengemudi berbagi biaya perjalanan dengan penumpang. Awalnya bernama “CovoiTurage” (bermain kata dari “covoiturage” atau carpooling), nama diubah menjadi BlaBlaCar pada 2009—mengacu pada tingkat “bla bla” (seberapa cerewet seseorang) yang ditampilkan di profil pengguna untuk memudahkan matching berdasarkan kepribadian.
Pertumbuhan BlaBlaCar meledak setelah krisis ekonomi 2008, saat orang-orang mencari alternatif murah untuk transportasi. Pada 2014, mereka capai 10 juta pengguna dan ekspansi ke Eropa Timur seperti Ukraina dan Rusia. Tahun 2015 menandai langkah berani ke Asia dengan peluncuran di India, meski awalnya gagal karena kompetisi ketat dari Uber dan Ola—bahkan tim lokal ditarik pada 2017. Namun, pandemi COVID-19 justru jadi titik balik: Saat lockdown, aplikasi tetap hidup, dan pada 2022, pengguna India melonjak dari 4,3 juta menjadi 20 juta pada 2025, menjadikannya pasar terbesar BlaBlaCar (sekitar 33% dari total penumpang global).
Pada 2019, BlaBlaCar diversifikasi dengan mengakuisisi Ouibus (layanan bus SNCF Prancis) dan meluncurkan BlaBlaCar Bus, jaringan bus antar-kota. Di 2024, mereka tambah integrasi tiket kereta di Spanyol dan Prancis, serta akuisisi Obilet (platform tiket bus Turki) pada November 2024. Kini, dengan valuasi $2 miliar dan pendanaan kumulatif $565 juta dari investor seperti Accel dan Insight Partners, BlaBlaCar adalah unicorn Prancis pertama yang untung selama 24 bulan berturut-turut.
Bagaimana BlaBlaCar Bekerja? Sederhana, Aman, dan Sosial
Inti BlaBlaCar adalah menghubungkan pengemudi yang punya kursi kosong dengan penumpang yang searah rute. Pengguna mendaftar via app atau website (blablacar.com), verifikasi profil dengan foto dan nomor telepon, lalu pilih rute—misalnya, Jakarta ke Bandung. Pengemudi posting perjalanan dengan harga (otomatis dihitung berdasarkan jarak dan biaya bensin, sekitar Rp50.000-200.000 per kursi), sementara penumpang booking dan bayar komisi 18-21% ke platform.
Fitur unik:
- Profil “BlaBla”: Pengguna beri rating diri sendiri (Bla: pendiam, BlaBla: normal, BlaBlaBla: cerewet) untuk hindari awkward silence.
- Verifikasi Keamanan: Cek latar belakang, asuransi perjalanan opsional, dan dukungan 24/7.
- Integrasi Bus dan Kereta: Booking tiket BlaBlaCar Bus atau kereta dalam satu app.
- Pembayaran Digital: Di India, terintegrasi UPI untuk transaksi cepat.
Platform ini tak hanya hemat (hemat hingga 70% dibanding kereta/bus), tapi juga sosial—banyak cerita pertemanan atau romansa lahir dari perjalanan BlaBlaCar.
Kehadiran Global: Eropa, Latin America, dan Asia yang Meledak
BlaBlaCar operasi di 22 negara, dengan 26 juta anggota aktif. Eropa tetap basis kuat (Prancis, Spanyol, Polandia), tapi Latin America seperti Brasil (14 juta trip di 2025) dan Meksiko tumbuh pesat. Rusia dan Ukraina tetap beroperasi meski isolasi pasca-2022. Di Asia, India mendominasi dengan 20 juta penumpang tahunan (naik 50% YoY), didorong urbanisasi (150 juta orang baru di kota sejak 2010) dan armada mobil yang melonjak dari 141 juta (2011) menjadi lebih dari 300 juta. Pada Agustus 2025, India capai rekor 100.000 penumpang per hari, tanpa iklan besar—hanya word-of-mouth.
Ekspansi 2025 termasuk peluncuran di negara baru dan €100 juta funding untuk Brasil, Meksiko, dan India. Pendapatan 2023 capai €250 juta, naik 29% YoY, dengan 600 karyawan di kantor Paris dan cabang global.
Dampak Lingkungan dan Sosial: Lebih dari Sekadar Perjalanan
BlaBlaCar bukan hanya bisnis; ia bagian dari ekonomi berbagi yang berkelanjutan. Setiap trip kurangi emisi CO2 hingga 10 kali lipat dibanding mobil sendirian, dengan total penghematan 1,7 juta ton CO2 per tahun. Di India, platform ini hubungkan kota kecil ke metropolis, dorong inklusi sosial dan kurangi kemacetan. Namun, tantangan ada: Regulasi ambigu di beberapa negara (seperti India), dukungan pelanggan yang kadang lambat, dan isu keamanan pasca-pandemi.
Pada 2025, BlaBlaCar targetkan 50 juta trip global, dengan fokus pada AI untuk matching rute dan integrasi EV (kendaraan listrik).
BlaBlaCar membuktikan bahwa berbagi bukan hanya hemat, tapi juga menyenangkan dan bertanggung jawab. Dari kegagalan di India hingga jadi pasar terbesar, kisahnya inspiratif: Kesabaran dan adaptasi kunci sukses. Di 2025, dengan pertumbuhan 50% di Asia dan ekspansi bus/kereta, BlaBlaCar siap ubah transportasi jarak jauh jadi lebih inklusif. Jika Anda rencanakan trip panjang, coba BlaBlaCar—siapa tahu, “bla bla” di mobil jadi awal petualangan baru. Unduh app-nya sekarang dan bergabunglah dengan 100 juta traveler global!
